Jumat, 25 Juli 2008

MY HOME MY HEART

Suatu sore ada badai yang besar melanda rumahku
badai yang belum pernah terjadi. A big one.
dan datang bergantian dengan badai yang lebih kecil.

Rumahku yang indah hancur....
pintu, jendela dan atapnya lepas...
isi rumahku pun hancur berantakan....

Rumahku....
yang dulu tiap harinya semakin bertambah indah,
yang dulu dikagumi banyak orang,
yang dulu dikunjungi banyak orang,
yang dulu meneduhi banyak orang,
kini tinggal pondasi/kerangka dan puing-puing...tidak berbentuk...

Rumah yang kubangun dengan susah payah dan memakan waktu bertahun-tahun... kini...ah......

Tapi aku tidak mau terus bersedih.
perlahan-lahan, dengan sisa yang ada padaku, aku mencoba membangunnya kembali....
butuh waktu pasti....tapi aku akan mencobanya.
kubuat rencana untuk meperbaikinya....mungkin tidak seindah dulu lagi tapi....tidak apa...yang penting rumahku dapat ditinggali....
satu persatu bagiannya yang rusak kuganti...
sedikit demi sedikit kuperbaiki pintu, jendela, atap.....
kubersihkan rumahku, kutata kembali...

Tapi.....belum selesai rumahku, kembali badai datang....tidak sebesar yang sebelumnya tapi ternyata mampu membuat rumahku kembali hancur dan berantakan.
Lagi Tuhan? Kenapa?

Dengan sedih kuamati rumahku....Tuhan....mungkin memang rumahku tidak akan pernah baik lagi.....
air mata menutupi mataku saat kupunguti runtuhan rumahku......Tuhan...habis sudah.....
aku tidak akan sanggup memperbaikinya....tidak ada yang tersisa.....

Aku terus menangis dan tidak menyadari bahwa sahabat-sahabatku sudah berdiri di sampingku...
tidak kusadari kehadiran mereka, aku terlalu sedih....
kami akan membantumu sahabat. Rumahmu sudah meneduhi kami, tidak akan kami biarkan hancur”

Bersama-sama, kami perbaiki rumahku...pintu, jendela, atap kami ganti...segala isinya kami susun kembali...sampai akhirnya rumahku baik kembali, layak ditinggali....
terima kasih sahabat-sahabatku....terima kasih, tidak akan kulupakan pertolongan kalian. rumah ini selalu terbuka untukmu....

Belum lama rumahku selesai....sebuah badai besar datang.....dan.... rumahku...hu.hu.hu... hancur lagi....berantakan lagi....lebih parah dari sebelumnya.......
atapnya tercabut dan terbang ntah kemana
pintu dan jendelanya terlepas dan hancur....
isinya…..isinya satupun tidak ada yang tertinggal…terbang dibawa badai……
anehnya…seperti sebelum-sebelumnya…pondasi rumahku masih ada……

Aku tercenung, bingung…
kenapa kejadiannya lagi-lagi seperti ini?
apa rumahku memang tidak bisa berdiri lagi?
Tidak bolehkah Tuhan?
kenapa harus selalu porak-poranda setiap kali ada badai?
dimana kekuatan rumahku?
apa yang salah?

Aku terduduk di sekitar puing-puing rumahku...terdiam dan menangis.... kupandangi sisa-sisa rumahku....ah...tidak ada yang tersisa....dimana aku akan tinggal? Aku menangis tersedu-sedu ”ya dimana aku akan tinggal?”

Sambil terus menangis..pikiranku mengelana...
ke awal berdirinya rumahku....
proses yang terjadi sehingga rumahku terus semakin indah....
ahhhh...teryata butuh banyak sekali agar dia menjadi indah...
ada keringat, tenaga, pikiran, uang, air mata..dan segala...segala....yang keluar...waktu yang tidak singkat sehingga rumahku bisa berdiri, indah, meneduhi...

Aku lalu ingat yang merencanakan pembangunannya... lamaaaaa...sebelum segala sesuatu ada... seorang perencana agung...
dialah yang yang pertama meletakkan pondasi rumahku,
yang pertama membangun kerangka dan dinding-dindingnya...
dialah yang sibuk mencari jendela,pintu yang pas dan memasangnya...
dialah yang pertama memasang atapnya...
dialah yang pertama mengisinya....
ya..dialah yang memulai rumahku.....
membangunnya sehingga pernah menjadi indah...
Kemana dia kini?

Ah...aku memang yang mulai melupakannya...
menganggap dia kecil dan hampir tidak ada di dalam perjalanan kehidupan rumahku....
aku lupa mengundangnya dalam acara-acara di rumahku....
sahabat-sahabatku tidak lagi bertemu dengan dia di rumahku....
aku tidak menyertakan dia dalam keindahan dan keteduhan rumahku...
orang-orang mulai hanya memandang aku....
rumahku dan bukan dia, si perencana, si peletak dasar, si pembangun rumahku...
aku mulai lupa diri..bangga sendiri dengan keberadaan rumahku...

Aku tersadar dari lamunanku.....nanar, kutatap sekelilingku... Kemana dia saat ini?
marahkah dia? Akankah dia berkata:”Tuh kan...makanya....” Dimana dia?
aku berdiri....kupandangi sekelilingku, mulai mencarinya, memanggilnya kembali.... Tuhan, dimana kau?

Ya sayang, AKU di sini, AKU tidak pernah pergi
kupeluk dia dan menangis... aku malu....ampuni aku Tuhan, aku melupakanMu.... ampuni aku karna rumah itu telah hancur, tidak bisa kujaga ....
ketengadahkan kepalaku sambil berurai air mata..."ampuni aku...
”TIDAK apa-apa...AKU menunggumu untuk memanggilKU. Menunggumu untuk meminta AKU memperbaiki rumahmu.”

......DIA baik sekali...sangaaaat baik....
DIA tidak marah walau aku pernah melupakanNYA....
bahkan DIA bersedia membangun kembali rumahku (setelah semua yang aku lakukan?)
DIA memang baik...

DIA langsung bekerja...
bahkan ketika aku ingin membantu, DIA berkata:”Berdiam dirilah, AKU yang bekerja
aku melihat DIA memperkokoh pondasi rumahku...
memperbaiki dinding, pintu, jendela, atap...
mengganti isi rumahku dengan yang baru....
perlahan namun pasti, rumahku pun selesai... terlihat kokoh, indah dan teduh....

Kami berdua kagum dengan rumah itu.
Bangga...”Terima kasih bisikku
Ini kunci rumahmu kataNYA.
kutatap DIA. kusadar aku tidak mau sendiri di rumah ini
TUHAN, peganglah kunci rumahku. Ambillah rumahku. aku tidak sanggup menjaganya dari segala badai dan mempertahankan keindahannya. Jadilah pemilik rumahku”sambil kudorong kunci di tanganNYA.
”Jadilah pemilik rumahku”
Dia tersenyum.......

Kini, bersama-sama kami tinggal di rumahku. DIAlah kini tuannya.
Badai-badai tetap datang, tapi rumahku tetap kokoh berdiri dan indah...
Sahabat-sahabatku pun menjadi sahabatNYA juga...mereka semakin betah berteduh di rumahku.
Pesta-pesta yang lebih meriah tetap berlangsung di rumah....
Ah.........senangnya.....rumahku dimiliki seseorang seperti DIA

(rumahku-hatiku Desember 1999)

Tidak ada komentar: