Rabu, 15 September 2010
A love worth giving - Can I?
by Tina Sirait Timer on Monday, September 13, 2010 at 8:19pm
Nyontek buku karangan si Max Lucado hehehe... bedanya cuma pertanyaan terakhir... Can I?
Bahasan buku ini simple banget, ngambil dari 1 Kor 13: 4-8. KASIH... Itu sajah yang dibahas dari Bab Awal sampai akhir.
KASIH itu sabar, KASIH itu murah hati
KASIH tidak cemburu,
KASIH tidak memegahkan diri
KASIH tidak sombong
KASIH tidak melakukan yang tidak sopan
KASIH tidak mencari keuntungan sendiri
KASIH tidak pemarah
KASIH tidak menyimpan kesalahan orang lain
KASIH tidak bersukacita karna ketidakadilan, tetapi karna kebenaran
KASIH menutupi segala sesuatu,
KASIH percaya segala sesuatu
KASIH mengharapkan segala sesuatu,
KASIH sabar menanggung segala sesuatu
KASIH tidak berkesudahan.
Wuaw, berat euy..Cobalah gantikan KASIH dengan namaku, TINA.. maka:
TINA itu sabar...(what? pasti bayak orang yang akan ngacung, OBJECTION! Oke, tunggu dulu, kalau gak setuju, kita lanjutkanlah dulu sedikit....Yang satu ini diskip dulu, karna sudah gagal)
TINA itu murah hati (gubrak...ini bener-bener gak bener....pelit!)
TINA tidak cemburu (oh ya? berapa kali dia terlibat pembicaraan ttg orang lain...berapa kali ujung matanya terlihat memandang penuh iri ke orang lain.... Do you mean it?.... Oke..oke...lanjut lagi dulu saja...yg ini gagal lah)
TINA itu tidak memegahkan diri (rasanya salah, narsis kok si TINA ini. berapa kali dia bicara kebaikannya...pikirannya? sering ungkit2 kebaikannya...GAGAL TOTAL kau TINA)
STOP sudah...sudah..... jangan diteruskan...bukannya malah mendapati sisi positif TINA, malah terbongkar sudah borok-boroknya....
Sulit sekali ya?
Without JESUS and HIS HOLY SPIRIT, it will be A MISSION IMPOSSIBLE for me to do it.
(Coba deh gantikan KASIH dengan JESUS, 100% sudah JESUS lolos )
TIDAK SADAR
(Gak tau ah ini idenya dari mana)
Seorang anak sulung raja (berarti PUTRA MAHKOTA dunk) ingin berjalan-jalan ke luar istana, ke pasar membeli sebuah permen... Tanpa segala macam tetek bengek protokol kerajaan, dia ambil sandal dan topinya, pergi keluar gerbang istana.
Belum satu kakinya berada di gerbang, serombongan pengawal istana tergopoh-gopoh mengejar dan menarik tangannya sambil menyembah-nyembah (bisa bayangin gak gerakan tuh pengawal? heheehe...) "AMPUN PANGERAN, AMPUNI SAYA karna mengagetkan Pangeran. Mau kemanakah? Apa yang Pangeran butuhkan? Saya bisa melakukannya untuk Pangeran" sambil membungkuk-bungkuk si Pengawal berkata.
Sang Putra Mahkota mengerutkan dahinya (yang mulus itu, tentu saja.... PANGERANlah pula namanya hehehe) terheran-heran. Ia mengibaskan tangannya dan tetap melangkah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Siapa orang-orang ini? Kenapa harus melarangnya pergi sambil menyembah-nyembah?
Tetap Sang Putra Mahkota melangkah keluar, berjalan santai menuju pasar.
Para pengawal yang tidak bisa melarang lagi, akhirnya mengikuti. Mereka berjalan di samping kiri dan kanan, serta belakang serta sesekali bergerak ke depan (masih bisa bayangin gerakan tuh para pengawal kan? hehehe). Mata mereka mengawasi setiap sudut jalan, mengamati apakah ada yang bermaksud jahat pada Sang Putra Mahkota.
Sang Putra Mahkota, sebaliknya tetap berjalan santai ke arah pasar, tak melihat kesibukan di sekelilingnya. Dia pun tak melihat rakyatnya yang berpapasan, langsung menyingkir sambil menyembah.
Tibalah Sang Putra Mahkota di belokan terakhir menuju pasar. Tiba-tiba sebuah panah melesat ke arahnya. Pengawal yang melihatnya, langsung bergerak dengan gesit, menepis panah tersebut. Ciatttt!!!! SSSSttttt!!! Belum lagi panah pertama terjatuh ke tanah, panah kedua dan ketiga melesat ke arah Putra Mahkota. Pengawal2 yang terlatih tersebut menangkis panah2 tersebut (Ciaat!!!......Ssssttt!!! Ciaaattt!!! Ssssttt...) tanpa mengganggu sang Putra Mahkota (yang memang tidak terganggu).
(PS: Sang Pemanah ditangkap dan dibawa ke penjara. Anehnya, Sang Putra Mahkota tetap berjalan santai, tidak menyadari bahwa dirinya hampir saja mati kena panah).
Sang Putra Mahkota terus....dan terus.... berjalan menuju pasar.
Sampailah dia di sebuah toko permen. Dengan semangat, dia ambil sebuah permen berwarna coklat selang-seling putih. Sekali lagi, tanpa peduli sekitar, dia pergi ke kasir untuk membayar. Sang kasir dan pemilik toko, langsung menyembah-nyembah dan berkata: "Pangeran, tidak perlu bayar. Kalau mau, ambil saja semua. Kami juga bisa mengantarkan ke Istana."
Sang Putra Mahkota tetap terheran-heran melihat kelakukan pemilik toko dan juga seisi toko tersebut yang mendadak kosong. Hanya dirinya, kasir, pemilik toko dan beberapa orang berpakaian resmi (yang adalah para pengawalnya)...
---------------------------------0---------------------------------0------------------------------0--------------------------
End of story. What do you think about Sang Putra Mahkota? Hehehe... Ngeselin gak sih?
Cape deh....
Kok dia gak sadar klo dia seorang Putra Mahkota? Berada di posisi pertama sebagai pewaris kerajaan????
Kok dia gak sadar bahaya yang dia harus hadapi (dan juga para pengawalnya) dengan berjalan-jalan di luar seperti itu?????
Kok dia gak sadar, klo dia mau, dia bahkan bisa mengambil satu pabrik permen?
Kok gak sadar sihhhh?
Hehehe, sebenarnya ini adalah gambar diri yang sering banget kita jumpai...
Kita gak sadar klo kita adalah anak RAJA, kalau PEMILIK ALAM SEMESTA ini adalah BAPA kita.
KIta gak sadar klo semua dapat kita lakukan di dalam DIA yang memberi kekuatan pada kita
Kita gak sadar kalau malaikat2 menjaga kita atas perintahNYA
Kita gak sadar klo ALLAH kita akan mencukupi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNYA.
Kita gak sadar klo instead of memilih tinggal di SORGANYA, DIA memilih hati kita untuk tinggal..
KIta gak sadar klo kuasa yang di dalam KITA lebih besar dari kuasa yang ada di dunia ini...
Kita gak sadar.....
Sehingga kita kerap bingung, takut, tidak berpengharapan, lemah...menghadapi panah-panah si jahat
BANGUN dunk...
SADAR dunk ....
Seorang anak sulung raja (berarti PUTRA MAHKOTA dunk) ingin berjalan-jalan ke luar istana, ke pasar membeli sebuah permen... Tanpa segala macam tetek bengek protokol kerajaan, dia ambil sandal dan topinya, pergi keluar gerbang istana.
Belum satu kakinya berada di gerbang, serombongan pengawal istana tergopoh-gopoh mengejar dan menarik tangannya sambil menyembah-nyembah (bisa bayangin gak gerakan tuh pengawal? heheehe...) "AMPUN PANGERAN, AMPUNI SAYA karna mengagetkan Pangeran. Mau kemanakah? Apa yang Pangeran butuhkan? Saya bisa melakukannya untuk Pangeran" sambil membungkuk-bungkuk si Pengawal berkata.
Sang Putra Mahkota mengerutkan dahinya (yang mulus itu, tentu saja.... PANGERANlah pula namanya hehehe) terheran-heran. Ia mengibaskan tangannya dan tetap melangkah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Siapa orang-orang ini? Kenapa harus melarangnya pergi sambil menyembah-nyembah?
Tetap Sang Putra Mahkota melangkah keluar, berjalan santai menuju pasar.
Para pengawal yang tidak bisa melarang lagi, akhirnya mengikuti. Mereka berjalan di samping kiri dan kanan, serta belakang serta sesekali bergerak ke depan (masih bisa bayangin gerakan tuh para pengawal kan? hehehe). Mata mereka mengawasi setiap sudut jalan, mengamati apakah ada yang bermaksud jahat pada Sang Putra Mahkota.
Sang Putra Mahkota, sebaliknya tetap berjalan santai ke arah pasar, tak melihat kesibukan di sekelilingnya. Dia pun tak melihat rakyatnya yang berpapasan, langsung menyingkir sambil menyembah.
Tibalah Sang Putra Mahkota di belokan terakhir menuju pasar. Tiba-tiba sebuah panah melesat ke arahnya. Pengawal yang melihatnya, langsung bergerak dengan gesit, menepis panah tersebut. Ciatttt!!!! SSSSttttt!!! Belum lagi panah pertama terjatuh ke tanah, panah kedua dan ketiga melesat ke arah Putra Mahkota. Pengawal2 yang terlatih tersebut menangkis panah2 tersebut (Ciaat!!!......Ssssttt!!! Ciaaattt!!! Ssssttt...) tanpa mengganggu sang Putra Mahkota (yang memang tidak terganggu).
(PS: Sang Pemanah ditangkap dan dibawa ke penjara. Anehnya, Sang Putra Mahkota tetap berjalan santai, tidak menyadari bahwa dirinya hampir saja mati kena panah).
Sang Putra Mahkota terus....dan terus.... berjalan menuju pasar.
Sampailah dia di sebuah toko permen. Dengan semangat, dia ambil sebuah permen berwarna coklat selang-seling putih. Sekali lagi, tanpa peduli sekitar, dia pergi ke kasir untuk membayar. Sang kasir dan pemilik toko, langsung menyembah-nyembah dan berkata: "Pangeran, tidak perlu bayar. Kalau mau, ambil saja semua. Kami juga bisa mengantarkan ke Istana."
Sang Putra Mahkota tetap terheran-heran melihat kelakukan pemilik toko dan juga seisi toko tersebut yang mendadak kosong. Hanya dirinya, kasir, pemilik toko dan beberapa orang berpakaian resmi (yang adalah para pengawalnya)...
---------------------------------0---------------------------------0------------------------------0--------------------------
End of story. What do you think about Sang Putra Mahkota? Hehehe... Ngeselin gak sih?
Cape deh....
Kok dia gak sadar klo dia seorang Putra Mahkota? Berada di posisi pertama sebagai pewaris kerajaan????
Kok dia gak sadar bahaya yang dia harus hadapi (dan juga para pengawalnya) dengan berjalan-jalan di luar seperti itu?????
Kok dia gak sadar, klo dia mau, dia bahkan bisa mengambil satu pabrik permen?
Kok gak sadar sihhhh?
Hehehe, sebenarnya ini adalah gambar diri yang sering banget kita jumpai...
Kita gak sadar klo kita adalah anak RAJA, kalau PEMILIK ALAM SEMESTA ini adalah BAPA kita.
KIta gak sadar klo semua dapat kita lakukan di dalam DIA yang memberi kekuatan pada kita
Kita gak sadar kalau malaikat2 menjaga kita atas perintahNYA
Kita gak sadar klo ALLAH kita akan mencukupi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNYA.
Kita gak sadar klo instead of memilih tinggal di SORGANYA, DIA memilih hati kita untuk tinggal..
KIta gak sadar klo kuasa yang di dalam KITA lebih besar dari kuasa yang ada di dunia ini...
Kita gak sadar.....
Sehingga kita kerap bingung, takut, tidak berpengharapan, lemah...menghadapi panah-panah si jahat
BANGUN dunk...
SADAR dunk ....
Langganan:
Postingan (Atom)